Kamis, 18 Desember 2008

kegiatan

"cuplikan laporan etnofarmasi Etnik Tengger II"


BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari interview yang telah dilakukan mengenai tumbuhan Grunggung (Potentilla argunta Pursh.), Lobak Tengger (Raphanus raphanistrum L.), Jambu Wer (Pimenta dinoica L.), dan Ganjan (Tagates signata Bartl.) beserta khasiat yang digunakan oleh masyarakat daerah tengger, diperoleh data yang selanjutnya dikumpulkan untuk kemudian di analisis, sehingga dapat diketahui prosentase pengetahuan dan penggunaan empat tumbuhan tersebut (Tabel 4.1).

Tabel 4.1 Hasil Analisa Data Interview Pengetahuan dan Penggunaan Tumbuhan Ganjan (Tagates signata Bartl.), Grunggung (Potentilla argunta Pursh.), Lobak Tengger (Raphanus raphanistrum L.), dan Jambu Wer (Pimenta dinoica L.).

No

Nama Tanaman

Khasiat

Mengetahui dan menggunakan

Mengetahui dan tidak menggunakan

Tidak mengetahui

1

Ganjan

Mengobati Mimisan

80%

8,57%

11,43%

2

Grunggung

Mengobti diare

68,57%

12,85%

18,57%

3

Lobak Tengger

Mengobati Siphilllis

18,57%

31,43%

50%

4

Jambu Wer

Mengobati Siphillis

7,14%

17,42%

75,71%

Dari tabel 4.1 diketahui bahwa masyarakat Tengger yang mengetahui dan menggunakan tumbuhan Ganjan (Tagates signata Bartl.) dari famili Asteraceae sebagai obat mimisan sebanyak 80%, Grunggung (Potentilla argunta Pursh.) dari famili Rosaceae sebagai obat penyakit diare sebanyak 68, 57%, tumbuhan Lobak Tengger (Raphanus raphanistrum L.) dari famili Brassicaceae sebagai obat penyakit siphillis sebanyak 18,57%, tumbuhan Jambu Wer (Pimenta dinoica L.) dari famili Myrtaceae sebagai obat penyakit siphillis sebanyak 7,14%,

Dalam penelitian ini belum diketahui pembuktian tentang khasiat dan kandungan kimia yang dihasilkan oleh ke empat tanaman tersebut. Untuk itu dilakukan studi literatur dari keempat tanaman tersebut untuk mengetahui keterkaitan khasiat, aktifitas, serta kandungan kimia. Pendekatan yang sering dilakukan dalam mencari zat kandungan yang berkhasiat sebagai obat dari tanaman ialah dengan kemotaksonomi tanaman, yakni tanaman yang termasuk dalam takson tertentu dan mempunyai kemiripan tanda-tanda anatomi, histologi, morfologi dan kemiripan dalam zat kandungannya (Hidayat, 2002)

Ganjan (Tagates signata Bartl.) berasal dari famili Asteraceae diketahui dan digunakan untuk mengobati penyakit mimisan. Beberapa literatur menyebutkan bahwa tumbuhan dari famili Asteraceae lainnya juga berkhasiat untuk mengobati penyakit epitaxis atau mimisan, diantaranya adalah Tapak Liman (Elephantopus Scaber) (Harmanto, 2006), Bunga Matahari (Helianthus annuus L.) (Duke, 1994), Prasmanan atau Panahan (Eupatorium triplinerve Vahl.) (Longman, 1996).

Grunggung (Potentilla argunta Pursh.) berasal dari famili Rosaceae diketahui dan digunakan untuk mengobati penyakit diare. Famili Rosaceae lainnya yang memiliki khasiat yang sama adalah Potentilla pacifica (Lans, dkk. 2007), Rubus idaeus L. (rasbery) dan Rubus strigosus Michx (rasberi merah amerika) (Robbers dan Tyler, 1998), Agrimonia eupatoria (agrimoni), Fragaria vesca (stroberi hutan) dan, Holodiscus discolor (Lewis dan Lewis, 2003), Potentilla erecta (D'Amelio, 1998),

Lobak Tengger (Raphanus raphanistrum L.) berasal dari famili Brassicaceae yang memiliki khasiat untuk mengobati sipilis. Famili Brassicaceae lainnya yang memiliki khasiat yang sama adalah Brassica juncea (johnson, 1999), Matthiola R. Br. (Quattrocchi, 2000), Batis maritima (saltwort ) (Austin dan Honychurch, 2004).

Jambu Wer (Pimenta dinoica L.) berasal dari famili Myrtaceae yang memiliki khasiat mengobati sipilis. Famili Myrtaceae lainnya yang memiliki khasiat yang sama adalah Eugenia caryophyllata, Wild (Nadkarni, 1994), Syzygium jambos (Linn) / Eugenia jambos Linn ( Longman, 1996).

Lobak Tengger dan Jambu Wer memiliki prosentase paling sedikit diketahui dan digunakan oleh masyarakat tengger sebagai obat penyakit sipillis. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu;

  1. Faktor berpindahnya pola pengobatan masyarakat tengger dari pola pengobatan tradisional menjadi pola pengobatan modern,
  2. Masyarakat didaerah tersebut jarang menderita penyakit siphllis sehingga mereka jarang yang mengetahui dan menggunakan pengobatan untuk mengatasi penyakit tersebut,
  3. Faktor ketidak mengertian warga tentang apa itu penyakit siphllis,
  4. Faktor anggapan yang menganggap bahwa pembicaraan tentang penyakit sipillis itu termasuk kedalam kategori tabu,
  5. Tumbuihan tersebut tidak memiliki aktifitas untuk mengobati penyakit sipillis, sehingga warga kurang banyak menggunakan tumbuhan tersebut.

sumber : laporan penelitian etnofarmasi Etnik Tengger MPA Pring Kuning

Tidak ada komentar:

Posting Komentar